Kamis, 29 November 2012

Memori

Kemaren acara perpisahan di Lumin. Tempatnya asyik, cuma gak ada permainan air kayak Mifan. But, cukuplah untuk acara itu. Gak terasa perpisahannya, karena kebanyakan senang-senang. Berenang dan berendam di kolam, foto-foto sampe gila pulang, nyorakin yang aneh-aneh, ketawain Yeni yang jatuh ditolak ke kolam + ngangkat dia untuk naik (Berat badan Yeni 110 kg). Sebelum pulang, sempat nyanyi-nyanyi bareng, yang bertema perpisahan. Tapi yang dirasakan senang, bukan sedih. Hahaha... melawak lah.

Tapi pas sampai rumah, teringat lagi acara yang  lewat beberapa jam lalu, dan terlintas kebersamaan selama 5 tahun. Tak terasa mata berkaca-kaca. Terasa akan kehilangan sesuatu yang sangat berharga, yang selama ini telah ada dalam pelukan.

Mencoba menguatkan diri untuk mencari, apa itu...

Membuka lagi memori lama, yang sedikit berdebu karena jarang didatangi.

Di sana, berdiri aku. Yang masih polos dan mengenakan pakaian terbaikku. Sedang berusaha untuk dapat diterima, barang mendapat seorang teman saja untuk bercerita. Ya, aku mendapatkan beberapa teman, yang berkencan setiap malam minggu, yang perfect dan mulai menyalahkan yang tidak perfect di matanya, teman yang berharap ku dapat berikan sesuatu untuknya, dan tersenyum manis saat tahu aku menggunakan pakaian bermerek. Aku sedikit heran, karena hal ini sangat berbeda dengan teman-temanku semasa sekolah. Lalu sedikit terganggu dengan banyaknya teman sekamar yang selama ini hanya ada diriku. Mencoba untuk mengikuti aturan-aturan kampus yang terkadang tak pernah ku temui di sekolahan. Aku bahkan bingung dengan sistem penilaiannya, karena tak ada raport. Aku mulai lelah di saat-saat awal, karena sepertinya aku takkan mampu bertahan di tempat ini.

Aku tak punya arah saat itu, perlengkapan MOS yang membuatku bingung mencarinya, pakaian dan semua asesoris. Saat itu aku tak punya uang untuk mendapatkannya. Bahkan aku tak akan memijakkan kaki di bangku kuliah, jika tak ada beasiswa.

Teman sekamarku sedang sibuk mengerjakan tugas-tugasnya, lalu penuh rasa kasihan dia bertanya "kamu gak ada tugas dari senior?"
Aku hanya mengangguk.
 
Aku keluar dari kamar, lalu menuju ruang tengah. Malam ini kami dikumpulkan, ada hal penting katanya. Entahlah.

Dan di sanalah aku bertemu dengan mereka. Berkumpul di ruang tengah asrama, sedang membagi-bagikan makanan.

Sampai saat ini, mereka tetap di sini, membagikan apa saja yang mereka miliki untuk dapat dinikmati bersama. Sebuah kebahagian saat menerima uang saku yang tidak seberapa, sebuah menu makan siang yang tak begitu enak, sebuah waktu di ruang kelas yang lebih banyak dihabiskan untuk bercengkrama atau menonton daripada belajar, sebuah kekecewaan untuk nilai yang tak lulus, dan untuk sebungkus indomie, saat uang saku tak kunjung diterima.

Tak terasa air mataku jatuh,,,

Ku tutup lagi memori lama, ku bersihkan ia dari debu-debu kotor, ku simpan rapi dalam rak.
Tak ku biarkan ia hilang, bahkan saat ku tua nanti.