Jumat, 30 September 2011

PraKtiKum

2 kali praktikum sejak perkuliahan dimulai. Ini adalah satu2nya kerja lab yang bisa dinikmati anak2 BS Phy, selain duduk bengong dengar ceramah, atau sekedar bertanya atau menyanggah saat diskusi kelompok (lebih tepat diskusi kurang jelas) untuk menitipkan nama.


Gak tahu apa yang sedang mereka sibukkan, yang pasti mata kuliah ini dapat jadi hiburan. Penyakit gila anak BS no 12, gak bisa gak kodak-kodak. Mesti. Dimana pun. Mata kuliah ini adalah salah satu sarana untuk dapat menyembuhkan penyakit gila tersebut.


Kalo gak salah praktikumnya tentang gimana menentukan keuntungan mekanik dengan menggunakan katrol tetap. Kesimpulan yang bisa diambil dari praktikum ini adalah:
1. Alat2 dalam paket KIT nya gak lengkap.
2. Jauh lebih enak praktikum sambil ngemil.
3. Lain x harus ada fotografer tetap saat praktikum.
4. Ternyata masih ada yang gak tahu neraca pegas itu apa, termasuk aku. 

Sabtu, 17 September 2011

5 Sept

Kosan Rektor

Ceritanya, hari itu hari senin. Hari orang malas beraktivitas, kecuali aktivitas tidur dan malas-malasan, ditambah lagi sebelumnya libur lebaran. Menyempurnakan keinginan untuk tidak melakukan apa-apa. Tapi nasib berkata lain. Kuliah pertama dimulai pada 07.00 wib. Waktu yg pas untuk menarik selimut. Pada pukul 07.15, seorang teman berteriak, klo gak salah Ucet…

“oi, cepatlah. Bapak dah masuk, ni sms dari mei”

Teriakan itu menjadi motivasi kami untuk bersiap lebih cepat. Pasang bedak cepat, sisir rambut cepat, pakaian cepat, cari buku cepat (biasa, buku disusun sedetik sebelum berangkat). Lupa, hari ini juga termasuk hari rok sedunia selain selasa rabu, sehingga rok sepanjang mata kaki sangat sangat menghambat perjalanan menuju Gang Gajah 6. Gajah 6 adalah gang keramat anak-anak MIPA. Konon pada zaman batu, gajah suka nongkrong disana bersama geng mereka. Ada yang terdiri dari 1 hingga 6 ekor. Karena gajah sulit untuk mengingat nama-nama geng beken kayak D’masiv, Cutebeauty, manis manja dsb, jumlah mereka menyatakan nama geng (Rekayasa penulis).

Kelas

“Jadi SKKD telah dirumuskan oleh PerMen, sehingga tugas sekolah adalah mengembangkan silabus dan indikator. Tapi pengembangan indikator harus bla bla bla… “
“ayammmmm… (nguap)” itu adalah aku. :p
Ngantuk banget tau

“selain itu, kita sebagai guru harus bisa memanage kelas, agar kelas lebih semangat. Tidak seperti kelas hari ini, mahasiswanya banyak menguap. Kenapa? Saudara kurang tidur?” Tanya bapak lembut.
Aku hanya bisa senyum, tanpa merasa bersalah. Setelah beliau bosan ceramah soal ngantuk dan lebaran (perasaan gak da nyambungnya) dan melanjutkan lagi kuliah yang membosankan… aku, kami (teman-teman) malah menguap makin lebar (sembunyi dipunggung tetangga depan).
“pak, kayaknya bapak gak sukses manage kelas deh..” bisikku pada tetangga sebelah.
“mmmmm” balas tetangga.

Kosan Rektor

Tiba-tiba anak-anak pada repot. Operatornya adalah Yeni.
“oi, aku pake kaca mata dulu. Tunggu” dengar suara yang agak kurang merdu, kayanya itu suara ika.
“tunggu, aku ikut… “ pasti buk cik.
“Ah,, aku mau siapin tugas aja” gumam ku. Bengong juga gak akan rubah keadaan. Ceritanya aku lagi bete. Gak tau penyebabnya.
Tiba-tiba diam.


“hepi besdei tu yu,,, hepi besdei tu yu,, hepi besdei… “ (paduan suara mulai dari suara 1 sampe suara 8). Pemegang kue tart adalah ika dengan stelan sbb: celana kain bercorak kuning, baju jacket tebal persatuan math berwarna merah + topi, kaca mata reben. Dibelakangnya berbaris Yeni, Feni, Margareth, Tasya, Ila, Sri dan buk cik. Mereka adalah dalang dibalik keributan sebentar ni (banyak banget dalangnya).
Ekspresi ku: kaget, senang, teriak (standar aja), malu-malu, tutup muka, tertawa, dll.
“jadi ini yg buat kalian ribut dari tadi?” Tanya ku. Blasss, gak da jawaban.
“cepatlah,, jeni, gak Nampak kamu” sambung Yeni.
“pantas gak da jawaban, semua pada sibuk berpose” gumam ku sambil ikut berpose.
Anak BS, terutama cewek, apalagi anak kosan rektor, lebih jelasnya kami,,, klo soal foto-foto, gak da saingan. Kalo dihitung-hitung mungkin sekitar 16 sks/jepretan. Kuantum aja kalah, cuma 4 sks.
“tiuplah lilinnya…. Mek e wiss dulu…” dak tau siapa yang bilang.
“foto dulu… biar elvi yang pegang kue, biar Nampak dia yang ulang tahun” sambung feni.
Tapi kayaknya ika gak dengar, yang dia lakukan hanya tersenyum semanis-manisnya di depan Yeni si fotografer.
“1,,,2,,,3… buk cik dak nampak” ujar sang fotografer.
“iya, sinilah aku” jawab buk cik.
Tibalah di acara yang sangat ditunggu-tunggu. Pemotongan kue, eh bukan, pemakanan kue.



Tiba-tiba Sri colek pipi ku dengan krim kue. Itulah awal permaian.
“ehhh, jangan main itu. Udah mandi a…” feni setengah marah. Margareth, Tasya, Wina dan aku setuju. Tapi yang lain malah makin semangat main colek krim. Semua bubar menyelamatkan muka masing-masing dengan teriakan masing-masing pula.


Ditengah kehebohan, tiba-tiba terdengar suara ibu-ibu marah. Jelas itu bukan suara salah seorang dari kami, karena suara kami sedikit lebih merdu dibanding suaranya. Ternyata beliau marah-marah karena suara jeritan kami. Dia terganggu tentu saja. Tapi menurut ku tidak masalah, lagian kan masih jam 10 (masih???). kami keluar kamar mencari asal suara itu. Ternyata dari luar pagar, gak nampak sih tapi pasti tetanggga depan.
“ah,, mungkin orang gila. Biarin aja” sela Yeni.
Kami melanjutkan permainan colak-colek krim.
Suara marah itu terdengar lagi + umpatan dan makian. Ternyata suara itu berasal dari seorang tante, katakanlah tante girang. Dia berdiri didepan kamar kami dilantai bawah (kami berada di lantai 2). Aku keluar melihatnya, dia merokok sambil marah-marah. Aku gak berani menjawab. Tiba-tiba Mega menjawab:
“gak tahu buk, ini pendatang” jelas, Mega adalah adik Jeni. Dia kuliah di Medan dan sekarang sedang liburan di Padang, kota tercinta tak ku jaga dan tak ku bela (dikarenakan dulu aku pernah nyasar, karena kota ni gak bilang kalo aku salah naik bus).
“eh Mega, sini… orang Gila itu” panggil kami.
Mega sedikit takut, mungkin, dan Feni, Tasya keluar. Ila, Sri, buk cik tetap nonton adegan tante girang marahin anak kost.
“buk, kalau bicara pake bahasa indonesialah. Percuma ibu marah-marah, dak mengerti kami do” jawab Feni.
“oh, jadi dak mengerti bahasa Minang?” balas tante girang.
Aku masuk kamar mandi bersihkan wajah yang penuh krim putih. Sangat sangat kotor. Sehingga aku kehilangan cerita selanjutnya. Setahu ku, tante itu sudah pergi. Dan dimulailah gosippppppppppppppp. Hehehe,, kabarnya, tante itu pergi karena udah capek marah-marah, karena percuma. Setahu dia gak ada yang ngerti apa yang dia bilang. Padahal….
“padahal tahu aku nya apa yang dia bilang” sela Feni, sedang kami cekikikan tertawa…
“iya, tadi dia bilang, ‘kampungan kalian ni, pulang ajalah lagi ke kampung’, jelas-jelas kita baru dari kampung, kenapa balik lagi ke kampung?” tambah Ika sambil nahan ketawa.
“Lagian, aku dak punya duit pulang kampung do. Jelas-jelas lebaran ni aku gak pulang karena gak ada duit. Kalau mau dia bayarkan, mau aku pulang…” tambah Ila.
Pecahlah ketawa … Huakakakakakakakaka….. whatever de, kalo mau marah lagi, marah aja. 